NAMA : RIZKIANTO HADIRUN
NPM : 17-630-028
KELAS
: A
TUGAS
: STASTIK DAN PROBABILITAS
PEMBAHASAN
SUMBER DATA DAN SAMPEL
1.
Pengertian Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi,maka sumber datanya bida berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Peneliti yang mengamati tumbuhnya jagung, sumber datanya adalah jagung, sedang objek penelitiannya adalah pertumbuhan jagung. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen dan catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi catatan merupakan subjek penelitian atau variabel penelitian.
Sumber data penulis mengklasifikasikannya menjadi 3 tingkatan huruf P dari bahasa inggris, yaitu :
P = Person, sumber data berupa orang
Yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.
P = Place, sumber data berupa tempat
Yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam, misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain-lain. Bergerak, misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian, gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar-mengajar, dan lain sebagainya. Keduanya merupakan objek untuk penggunaan metode observasi.
P = Paper, sumber data berupa simbol
Yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dengan pengertiannya ini maka “paper” bukan terbatas hanya pada kertas sebagaimana terjemahan dari kata “paper” dalam bahasa inggris, tetapi dapat berwujud batu, kayu, tulang, daun lontar, dan sebagainya, yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi.
Sumber data dilihat dari subjek dimana data menempel. Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan subjek peneliti ini, maka dikenal ada 3 jenis penelitian :
a. Penelitian populasi.
b. Penelitian sampel.
c. Penelitian kasus.
2. Pengertian Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Dilihat dari jumlahnya populasi dapat dibedakan menjadi :
a. Jumlah terhingga ( terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu )
b. Jumlah tak hingga ( terdiri dari elemen yang sukar sekali dicari batasannya.
Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi. Oleh karena itu subjeknya meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, maka juga disebut sensus.
Objek pada populasi diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi. Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga subjeknya tidak terlalu banyak.
3. Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Penelitian sampel baru boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen. Apabila subjek populasi tidak homogen, maka kesimpulannya tidak boleh diberlakukan bagi seluruh populasi
Ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel yaitu :
a. Karena subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka kerepotannya pun berkurang.
b. Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.
c. Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien.
d. Ada kalanya penelitian dengan populasi berarti deskruktif (merusak).
e. Ada bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data.
f. Ada kalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi.
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi,maka sumber datanya bida berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Peneliti yang mengamati tumbuhnya jagung, sumber datanya adalah jagung, sedang objek penelitiannya adalah pertumbuhan jagung. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen dan catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi catatan merupakan subjek penelitian atau variabel penelitian.
Sumber data penulis mengklasifikasikannya menjadi 3 tingkatan huruf P dari bahasa inggris, yaitu :
P = Person, sumber data berupa orang
Yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.
P = Place, sumber data berupa tempat
Yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam, misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain-lain. Bergerak, misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian, gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar-mengajar, dan lain sebagainya. Keduanya merupakan objek untuk penggunaan metode observasi.
P = Paper, sumber data berupa simbol
Yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dengan pengertiannya ini maka “paper” bukan terbatas hanya pada kertas sebagaimana terjemahan dari kata “paper” dalam bahasa inggris, tetapi dapat berwujud batu, kayu, tulang, daun lontar, dan sebagainya, yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi.
Sumber data dilihat dari subjek dimana data menempel. Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan subjek peneliti ini, maka dikenal ada 3 jenis penelitian :
a. Penelitian populasi.
b. Penelitian sampel.
c. Penelitian kasus.
2. Pengertian Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Dilihat dari jumlahnya populasi dapat dibedakan menjadi :
a. Jumlah terhingga ( terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu )
b. Jumlah tak hingga ( terdiri dari elemen yang sukar sekali dicari batasannya.
Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi. Oleh karena itu subjeknya meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, maka juga disebut sensus.
Objek pada populasi diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi. Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga subjeknya tidak terlalu banyak.
3. Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Penelitian sampel baru boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen. Apabila subjek populasi tidak homogen, maka kesimpulannya tidak boleh diberlakukan bagi seluruh populasi
Ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel yaitu :
a. Karena subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka kerepotannya pun berkurang.
b. Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.
c. Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien.
d. Ada kalanya penelitian dengan populasi berarti deskruktif (merusak).
e. Ada bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data.
f. Ada kalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi.
Semakin dekat kita menginginkan hasil
sampel yang dapat mewakili karakteristik populasi, maka semakin tinggi
ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi ketelitian, maka semakin besar
ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika variabilitas dalam populasi
tersebut besar. Sedangkan keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran
kita benar-benar berlaku bagi populasi. Tingkat keyakinan
dapat membentang dari 0
–
100%. Keyakinan 95% adalah
tingkat lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari
keyakinan 95%
(alpha 0.05) ini adalah “setidaknya
ada 95 dari 100, taksiran sampel akan mencerminkan populasi yang sebenarnya”.
Untuk menentukan sampel dari populasi
digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara
umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh
hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel
minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah
sampel minimum adalah 100. juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif. Roscoe
(1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan
ukuran sampel : Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat
untuk kebanyakan penelitian. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel
(pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk
tiap kategori adalah tepat Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis
regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel
dalam penelitian Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol
eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran
sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 Arikunto Suharsimi (2005) memberikan
pendapat sebagai berikut :
“..jika peneliti memiliki beberapa
ratus subjek dalam populasi, maka mareka dapat menentukan
kurang lebih 25
–
30% dari jumlah tersebut. Jika
jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100
–
150 orang, dan dalam pengumpulan
datanya peneliti menggunakan angket, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil
seluruhnya. Namun apabila peneliti menggunakan teknik wawancara dan pengamatan,
jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik sampel dan sesuai dengan
kemampuan peneliti. Besaran atau jumlah sampel ini sampel sangat tergantung
dari besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun,
dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal tingkat
kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka makin kecil
jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan
adalah semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan
sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi)
maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.
Beberapa rumus
untuk menentukan jumlah sampel antara lain : 1. Rumus Slovin n = N/N(d)2
+ 1 n = sampel; N = populasi; d = nilai
presisi 95% atau sig. = 0,05. Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat
kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah
: N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95 2. Tabel Isaac dan Michael Tabel penentuan jumlah
sampel dari Isaac dan Michael memberikan kemudahan penentuan jumlah
sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti
dapat secara langsung menentukan besaran
sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki. 3.3
Teknik Sampel Teknik sampling
merupakan teknik pengambilan sampel yang secara umum terbagi dua yaitu
probability sampling dan non probability sampling. Dalam pengambilan sampel
cara probabilitas besarnya peluang atau probabilitas elemen populasi
untuk terpilih sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam pengambilan sampel
dengan cara nonprobability besarnya peluang
elemen untuk ditentukan sebagai sampel tidak diketahui. Menurut Sekaran (2006),
desain pengambilan sampel dengan cara probabilitas jika representasi sampel
adalah penting dalam rangka generalisasi lebih luas. Bila waktu atau faktor
lainnya, dan masalah generalisasi tidak diperlukan, maka cara nonprobability
biasanya yang digunakan. 1. Probability Sampling Probability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap
anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simpel random
sampling, sistematis sampling, proportioate stratified random sampling,
disproportionate stratified random sampling, dan cluster sampling. · Simple
random sampling Teknik ini adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel
diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.
Misalnya :
Teknik ini umumnya digunakan pada
populasi yang diteliti adalah heterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini
berbeda dalam hal bidang kerja sehingga besaran sampel pada masing-masing
strata atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh sampel. ·
Disproportionate Stratified Random Sampling Disproporsional stratified random
sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan proportionate
stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan
pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata namun kurang
proporsional pembagiannya. Misalnya,
populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan
tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang
yaitu : SMP : 100 orang SMA : 700
orang DIII : 180 orang S1 : 10 orang
S2 : 10 orang Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak
seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua
kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel · Cluster Sampling Cluster
sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat
luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang
tersebar di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya,
maka wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan
jumlah sample yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan
menggunakan teknik proporsional stratified random sampling
mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda. Contoh : Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar
di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena
jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka
penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan
sebagai berikut : Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya
ditentukan secara acak 10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua, mengambil sampel SMU di
tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena
provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU tingkat
Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan
seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah
digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan
menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan. 2. Non Probabilty Sampel
Non Probability artinya setiap anggota populasi tidak
memiliki kesempatan atau peluang yang sama
sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability ini antara
lain : Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential, Sampling
Purposive, Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling. · Sampling Kuota Sampling Kuota
adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi
yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang
persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka
sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per sekolah. · Sampling
Insidential Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan,
atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang
dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan
sampel. Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A.
Sampel ditentukan berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah
ke Mall A tersebut, maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A
dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel. ·
Sampling Purposive Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin
meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan
adalah para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan
ini. Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang
diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki kompetensi di
bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif. ·
Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi.
Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.
Misalnya akan dilakukan
penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya
35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian. · Snowball Sampling Snowball
sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus
membesar ibarat bola salju. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang pola
peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga
sampel atau responden terus berkembang sampai ditemukannya
informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga
lebih cocok untuk penelitian kualitatif.
Penentuan Sampel Penelitian
Dalam penelitian, tidak selamanya seluruh populasi dijadikan
objek/subjek yang diteliti, diungkap data-datanya, dikaji karakteristiknya.
Dalam kasus dimana jumlah populasi penelitian sangat banyak, maka dengan alas
an-alasan tertentu peneliti dimungkinkan untuk mengambil sebagian saja dari
jumlah populasi tersebut untuk dijadikan objek/subjek penelitian. Jadi bila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka peneliti
dapat mengunakan sample yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sample tersebut kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sample yang diambil dari populasi haruslah benar-benar mewakili populasi (representative).
Sampling adalah
kegiatan menentukan sampel. Sampel adalah sebagian dari populsi yang dijadikan
sebagai objek penelitian, dengan kata lain sampel sebagai wakil dari
populasi. Dalam pengambilan sampel yang
perlu diperhatikan adalah bahwa
karakteristik yang ada dalam populasi harus terwakili oleh sampel. Dengan pertimbangan akademik dan non
akademik, populasi dapat diwakili oleh sebagian anggotanya yang disebut
sampel. Namun, hasil penelitian tidak
akan berkurang bobot dan akurasinya karena sampel memiliki karakter yang sama
dengan populasi sehingga informasi yang digali dari sampel sama dengan karakter
yang berlaku pada populasi (demikian
harapan peneliti)
Pengenalan dan Pengoperasian Besar Sampel dan Sumber Data
SUMBER DATA
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari
tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti
dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden
melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara
peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya
catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan
publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan
lain sebagainya.
Kaitan antara Populasi dan Sampel
Dalam Penelitian
1. Asumsi-Asumsi dalam Penentuan
Sampel
Untuk
memperoleh sampel yang representatif (memenuhi asas keterwakilan), maka
seeorang peneliti harus memahami teknik-teknik dalam menentukan sampel (sampling technique). Suatu metode/teknik
pengambilan sampel yang baik dan ideal harus mempunyai sifat-sifat harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
(1) Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang
diteliti; (2) Dapat menentukan presisi (precission)
dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku dari taksiran yang
diperoleh. Presisi adalah tingkat ketetapan yang ditentukan oleh perbedaan
hasil yang diperoleh dari sampel dibandingkan hasil yang diperoleh dari
populasi; (3) Sederhana, sehingga mudah
untuk dilaksanakan; dan (4) Dapat
memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya.
Berapakah ukuran besarnya jumlah sampel (sample size) yang harus diambil agar memperoleh data yang
representatif dari populasinya?. Ada 4 (empat) faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian, yaitu:
(a)
Derajat Keseragaman dari populasi (Degree
of Homogenitas).
Semakin seragam populasi, maka semakin kecil jumlah sampel yang dapat
diambil. Apabila populasi seragam sempurna (completely
homogenious) maka satu satuan elementer saja dari seluruh populasi itu
sudah cukup representatif untuk diteliti. Sebaliknya, apabila populasi secara
sempurna tidak seragam, maka hanya pencacahan lngkaplah yang dapat memberikan
gambaran yang representatif.
(b)
Presisi yang Dikehendaki dari Penelitian.
Semakin tinggi presisi yang dikehendaki, semakin besar jumlah sampel
yang harus diambil. Jumlah sampel yang besar cenderung akan memberikan penduga
(taksiran) yang lebih mendekati nilai sesungguhnya dari populasi. Tedapat
hubungan (korelasi) yang negatif antara besarnya sampel yang diambil dengan
besarnya tingkat kesalahan (error). Semakin besar jumlah sampel, maka semakin
kecil tingkat kesalahan (penyimpangan) terhadap nilai populasi.
(c) Rencana Analisa.
Jumlah sampel
juga tergantung dari kebutuhan yang disesuaikan dengan rencana analisa data.
Misalnya; apakah teknik analisa data menggunakan statistik parametrik atau
non-parametrik.
(d) Biaya, waktu dan Tenaga
Besarnya biaya
yang tersedia, keterbatasan waktu untuk penelitian, serta jumlah tenaga
peneliti merupakan faktor yang juga bisa dijadikan alasan dalam penentuan
sampel.
2.
Kerangka Sampling (Sampling Frame)
Kerangka Sampling adalah daftar dari
semua unsure sampling. Suatu kerangka sampling yang baik harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: (1) Harus meliputi seluruh unsure sampel (tidak
satu unsure pun yang tertinggal); (2) Tidak ada unsure sampel yang dihitung dua
kali; (3) Harus up to date (data terbaru); (4) Batas-batasnya harus jelas,
misalnya batas wilayah, kategori, dsb.; dan (5) Harus dapat dilacak di lapangan
Komentar